Apakah Penderita Sifilis Bisa Melahirkan Normal?

Sifilis merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang menyebar akibat bakteri Treponema pallidum. Ini bisa menular dari ibu hamil ke anaknya yang belum lahir selama masa kehamilan atau melalui transfusi darah.

Sifilis memiliki berbagai tahapan dan dapat mempengaruhi banyak organ dan sistem dalam tubuh jika tidak Anda tangani dengan baik.

Tahap awal sifilis biasanya memiliki tanda dengan munculnya luka atau bisul yang tidak nyeri yang dikenal sebagai chancre.

Luka biasanya berkembang di tempat infeksi, seperti alat kelamin, anus, atau mulut. Sifilis biasanya bisa bertahan selama beberapa minggu dan sembuh dengan sendiri, bahkan tanpa pengobatan.

Artikel Lainnya: Bahaya Sifilis, Yuk Pemeriksaan di Klinik Kelamin Jakarta

Jika infeksi berlanjut, tahap sekunder sifilis terjadi. Selama tahap ini, seseorang mungkin mengalami ruam, biasanya di telapak tangan dan telapak kaki, tetapi bisa juga muncul di bagian tubuh yang lain.

TanyaDokter #Eps1 Seputar Penyakit Kelamin Sifilis alias Raja Singa (Source: Youtube/Klinik Utama Pandawa)

Gejala lain mungkin termasuk demam, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot, dan kelelahan. Gejala-gejala ini dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi infeksi tetap ada di dalam tubuh.

Ketika Anda tidak mengobatinya dengan baik, maka sifilis akan masuk ke tahap selanjutnya dan membahayakan tubuh.

Pada stadium akhir, sifilis dapat menyerang berbagai organ tubuh, antara lain jantung, otak, pembuluh darah, dan tulang.

Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, seperti penyakit kardiovaskular, gangguan neurologis, kebutaan, dan kerusakan organ dalam.

Bagi ibu hamil, ini sangat berbahaya karena bisa membahayakan janin dan menyebabkan banyak hal berbahaya. Oleh sebab itu, ibu hamil juga harus waspada terhadap penyakit ini.

Bagaimana Sifilis Mempengaruhi Kehamilan?

Sifilis dapat berdampak parah bagi ibu hamil dan bayi yang belum lahir jika infeksi tidak terdeteksi dan mendapatkan pengobatan selama kehamilan. Berikut adalah beberapa cara sifilis dapat mempengaruhi kehamilan:

1. Menular Lewat Janin

Sifilis dapat menular dari ibu yang terinfeksi ke anaknya yang belum lahir selama kehamilan atau persalinan. Ini dikenal sebagai sifilis kongenital. Bakteri dapat melewati plasenta dan menginfeksi janin, berpotensi menyebabkan komplikasi serius.

2. Keguguran atau Lahir Mati

Sifilis yang tidak diobati meningkatkan risiko keguguran (keguguran) atau lahir mati (kelahiran janin yang tidak hidup).

3. Kelahiran Prematur

Infeksi sifilis selama kehamilan dapat meningkatkan risiko persalinan prematur, mengakibatkan bayi lahir prematur. Bayi prematur mungkin menghadapi berbagai tantangan kesehatan dan memerlukan perawatan medis khusus.

4. Berat Lahir Rendah

Bayi yang lahir dari ibu dengan sifilis berisiko lebih tinggi dilahirkan dengan berat lahir rendah, yang terkait dengan kemungkinan peningkatan masalah kesehatan dan keterlambatan perkembangan.

5. Komplikasi Sifilis Kongenital

Bayi yang lahir dengan sifilis kongenital dapat mengalami berbagai masalah.

Masalahnya termasuk kelainan bentuk tulang, anemia berat, pembesaran hati dan limpa, ruam kulit, kelainan neurologis, gangguan pendengaran, dan keterlambatan perkembangan. Jika tidak diobati, sifilis kongenital dapat mengancam jiwa.

Untuk mencegah komplikasi ini, sangat penting bagi ibu hamil untuk menjalani skrining sifilis rutin sebagai bagian dari perawatan prenatal.

Jika sifilis terdeteksi, pengobatan dini dengan antibiotik yang tepat dapat secara signifikan mengurangi risiko penularan ke janin dan mencegah komplikasi.

Baca Juga: Mengapa Perlu Mengobati Sifilis Secepatnya ke Klinik Kelamin Jakarta?

Risiko Penularan Sifilis dari Ibu ke Janin

Risiko penularan sifilis dari ibu yang terinfeksi ke janinnya bergantung pada beberapa faktor, antara lain stadium infeksi ibu, adanya gejala aktif, dan apakah ibu mendapat pengobatan yang tepat atau tidak. Beberapa pertimbangan terkait risiko penularannya antara lain:

  • Tahap sifilis ibu
  • Perawatan ibu
  • Waktu pengobatan
  • Adanya gejala
  • Lama infeksi
  • Koinfeksi

Untuk meminimalkan risiko penularan, penting bagi ibu hamil untuk menjalani perawatan prenatal dini dan teratur, termasuk pemeriksaan sifilis seperti yang direkomendasikan oleh tenaga medis.

Baca Juga: Cara Mencegah Penyakit Sifilis, Biar Tidak Terjadi Komplikasi!

Dampak Sifilis pada Kehamilan dan Persalinan

Sifilis dapat berdampak signifikan pada kehamilan dan persalinan, baik bagi ibu hamil maupun janin. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai dampak sifilis pada kehamilan dan persalinan:

1. Komplikasi Kesehatan Ibu

Sifilis yang tidak mendapatkan pengobatan memadai dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan bagi orang hamil, termasuk peningkatan risiko keguguran, lahir mati, persalinan prematur, dan komplikasi saat melahirkan.

2. Sifilis Bawaan

Jika orang hamil dengan sifilis tidak menerima pengobatan yang tepat, infeksi dapat ditularkan ke janin selama kehamilan atau persalinan, yang menyebabkan sifilis kongenital.

Sifilis kongenital dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan keterlambatan perkembangan pada anak yang terkena.

3. Masalah Kesehatan Janin dan Neonatal

Bayi yang lahir dengan sifilis kongenital dapat mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti kelainan bentuk tulang, anemia berat, pembesaran hati dan limpa, ruam kulit, kelainan neurologis, gangguan pendengaran, dan keterlambatan perkembangan.

Beberapa komplikasi ini dapat mengancam jiwa jika tidak segera ditangani.

4. Peningkatan Risiko Kelahiran Prematur dan Berat Badan Lahir Rendah

Orang hamil dengan sifilis memiliki risiko kelahiran prematur yang lebih tinggi (melahirkan bayi sebelum cukup bulan) dan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.

Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah mungkin menghadapi tantangan kesehatan tambahan dan memerlukan perawatan medis khusus.

5. Komplikasi Kebidanan

Infeksi sifilis selama kehamilan dapat meningkatkan risiko komplikasi saat melahirkan, seperti solusio plasenta (pemisahan plasenta dari dinding rahim), yang dapat menyebabkan perdarahan dan membahayakan kesehatan ibu dan bayi.

Untuk mengurangi risiko ini, sangat penting bagi ibu hamil untuk menjalani skrining sifilis rutin sebagai bagian dari perawatan prenatal.

Deteksi dini dan pengobatan dengan antibiotik yang tepat dapat secara signifikan mengurangi risiko penularan ke janin dan mencegah komplikasi.

Baca Juga: Bakteri yang Dapat Menyebabkan Penyakit Sifilis Adalah

Pengobatan Sifilis Selama Kehamilan

Mengobati sifilis selama kehamilan sangat penting untuk mencegah penularan infeksi ke janin dan untuk memastikan kesehatan ibu hamil dan bayinya. Berikut adalah beberapa poin penting mengenai pengobatan sifilis selama kehamilan:

1. Penggunaan Penisilin

Pengobatan utama untuk sifilis, termasuk selama kehamilan, adalah penisilin. Penisilin adalah antibiotik yang aman dan efektif yang dapat mengobati sifilis secara efektif dan mencegah penularan ke janin.

Ini dapat diberikan sebagai suntikan tunggal atau serangkaian suntikan, tergantung pada stadium dan durasi infeksi.

2. Pengobatan Pengganti Penisilin

Dalam kasus di mana orang hamil memiliki alergi terhadap penisilin yang didokumentasikan, antibiotik alternatif dapat diresepkan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa penisilin adalah pengobatan yang lebih disukai dan paling efektif untuk sifilis. Jika alergi penisilin dicurigai, evaluasi menyeluruh oleh profesional kesehatan dengan keahlian dalam mengelola alergi penisilin dianjurkan.

3. Melakukan Tes Lanjutan

Setelah menerima pengobatan untuk sifilis selama kehamilan, tes lanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa infeksi telah diobati secara memadai.

Tes tindak lanjut biasanya dilakukan secara berkala untuk memantau respons terhadap pengobatan dan memastikan bahwa infeksi telah sembuh.

4. Perawatan Dilakukan Bersama Pasangan

Mengobati pasangan seksual orang hamil dengan sifilis sangat penting untuk mencegah infeksi ulang dan mengurangi risiko penularan.

Semua pasangan seksual harus diidentifikasi, diuji, dan diobati untuk sifilis untuk mencegah penularan yang berkelanjutan.

Apakah Penderita Sifilis Bisa Melahirkan Secara Normal?

Secara umum, penderita sifilis dapat melahirkan secara normal, asalkan infeksinya dikelola dan diobati dengan baik selama kehamilan. Namun, ada faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi hal tersebut antara lain:

1. Kesehatan Ibunya

Kesehatan ibu hamil secara keseluruhan memainkan peran penting dalam menentukan cara persalinan. Jika infeksi sifilis terkontrol dengan baik dan tidak ada komplikasi lain, persalinan normal dapat dipertimbangkan.

2. Stadium Sifilis

Stadium sifilis dan adanya gejala aktif dapat memengaruhi cara persalinan.

Jika orang hamil berada pada tahap awal sifilis dengan gejala aktif, seperti luka genital atau ruam, penyedia layanan kesehatan dapat merekomendasikan operasi Caesar untuk mengurangi risiko penularan ke bayi selama proses kelahiran.

3. Respon Pengobatan

Pengobatan sifilis yang memadai dan tepat waktu selama kehamilan sangat penting. Jika ibu hamil menerima pengobatan antibiotik yang tepat dan menunjukkan respons yang baik, risiko penularan ke bayi berkurang secara signifikan.

4. Faktor Lainnya

Faktor kebidanan lainnya, seperti gawat janin, komplikasi ibu, atau indikasi untuk operasi caesar yang tidak terkait dengan sifilis, dapat memengaruhi cara persalinan.

Keputusan apakah akan melahirkan normal atau operasi caesar harus didasarkan pada penilaian komprehensif oleh penyedia layanan kesehatan.

Baca Juga:

Kapan Anda Wajib ke Dokter?

Ketika Anda hamil dan mengalami sifilis, maka Anda wajib melakukan konsultasi ke dokter untuk melakukan pengobatan dan pemeriksaan. Pasalnya, ketika hamil, sifilis bisa sangat membahayakan janin.

Anda bisa datang ke Klinik Sifilis di Klinik Utama Pandawa. Selain itu Klinik Pandawa juga merupakan Klinik Kelamin Jakarta terbaik serta terpercaya yang bisa Anda datangi.

Selain mengobati sifilis, Klinik Pandawa juga memiliki berbagai treatment lainnya karena merupakan Klinik Kulit dan Kelamin. Jadi, Klinik Pandawa tidak hanya mengobati penyakit saja namun juga memiliki layanan estetika, ginekologi, dan andrologi juga.

Pencegahan dan Manajemen Sifilis Selama Kehamilan

Pencegahan dan pengelolaan sifilis selama kehamilan sangat penting untuk melindungi kesehatan ibu hamil dan janin yang sedang berkembang.

Berikut adalah langkah-langkah utama untuk mencegah dan mengelola sifilis selama kehamilan:

1. Tes Prakonsepsi

Individu yang berencana untuk hamil direkomendasikan untuk menjalani tes sifilis sebagai bagian dari perawatan prakonsepsi. Mengidentifikasi dan mengobati sifilis sebelum kehamilan dapat mengurangi risiko penularan ke janin.

2. Perawatan Prenatal Rutin

Perawatan prenatal rutin sangat penting untuk deteksi dini dan pengelolaan sifilis. Hadiri semua kunjungan prenatal terjadwal, di mana tenaga medis dapat melakukan skrining sifilis rutin dan memantau kesehatan ibu dan janin.

3. Skrining Sifilis

Orang hamil harus menjalani skrining sifilis pada kunjungan prenatal pertama. Skrining tambahan biasanya dilakukan selama trimester ketiga awal dan saat persalinan untuk populasi berisiko tinggi. Skrining melibatkan tes darah untuk memeriksa antibodi sifilis.

4. Menerapkan Kegiatan Seksual Aman

Mempraktikkan seks yang aman, termasuk penggunaan kondom yang konsisten dan benar, dapat mengurangi risiko tertular atau menularkan sifilis dan infeksi menular seksual lainnya selama kehamilan.

5. Pendidikan dan Konseling Kesehatan

Individu hamil harus menerima pendidikan dan konseling yang komprehensif tentang sifilis, penularannya, pentingnya skrining, dan manfaat pengobatan.

Informasi ini membantu individu memahami risikonya, mengambil tindakan pencegahan, dan mematuhi rekomendasi pengobatan.

Kesimpulan

Jadi, sifilis merupakan infeksi menular seksual yang berbahaya terutama untuk ibu hamil.

Pasalnya, ibu hamil yang terkena sifilis bisa menularkan penyakit tersebut kepada janinnya yang kemudian memicu berbagai komplikasi pada akhirnya.

Melakukan konsultasi dan perawatan medis terkait sifilis sangat penting bagi ibu hamil. Hal ini untuk mencegah berbagai hal buruk yang bisa terjadi pada janin yang sedang dikandung.

Referensi:

Share: