Apa itu HIV dan AIDS? Ketahui Gejala dan Pengobatan

HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Ini secara khusus menargetkan sel CD4, sejenis sel darah putih yang memainkan peran penting dalam melawan infeksi dan penyakit.

Penyakit ini secara bertahap melemahkan sistem kekebalan dari waktu ke waktu, membuat individu lebih rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit.

Ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi tubuh. Oleh sebab itu, kita wajib mengetahui berbagai hal mengenai penyakit ini agar bisa mencegah dan menghindarinya. Berikut pembahasan lengkapnya.

Apa itu HIV AIDS?

Seperti pembahasan di atas, HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.

Ini secara khusus menargetkan sel CD4, sejenis sel darah putih yang memainkan peran penting dalam melawan infeksi dan penyakit.

Penyakit ini secara bertahap melemahkan sistem kekebalan dari waktu ke waktu, membuat individu lebih rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit.

Penyakit tersebut terutama menular melalui cairan tubuh tertentu, seperti darah, air mani, cairan vagina, dan ASI.

Cara penularan yang paling umum termasuk hubungan seksual tanpa kondom, berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi, dan penularan dari ibu HIV-positif ke anaknya selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.

Jika tidak diobati, infeksi dapat berlanjut ke stadium yang lebih lanjut yang bernama AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

AIDS merupakan tingkat lanjutan dari HIV yang memiliki gejala rusaknya sistem kekebalan tubuh yang parah, yang menyebabkan berkembangnya infeksi oportunistik dan jenis kanker tertentu.

Artikel Lainnya: Apakah Gonore Bisa Menyebabkan HIV?

HIV dan AIDS di Indonesia

HIV Dan AIDS
HIV dan AIDS

Di Indonesia, HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Kasus HIV pertama kali ada di Indonesia pada tahun 1987, dan sejak itu jumlah kasus terus meningkat.

Prevalensi HIV/AIDS bervariasi di berbagai wilayah negara, dengan tingkat yang lebih tinggi diamati pada populasi dan wilayah tertentu.

Menurut data terbaru yang tersedia dari UNAIDS (2019), ada sekitar 640.000 orang yang hidup dengan penyakit ini di Indonesia.

Tingkat prevalensi di antara orang dewasa berusia 15-49 adalah sekitar 0,4%.

Namun, penting untuk Anda catat bahwa angka-angka ini mungkin telah berubah sejak tanggal batas pengetahuan saya pada September 2021, dan data yang lebih baru harus dikonsultasikan untuk mendapatkan informasi yang akurat.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penyebaran penyakit kelamin ini di Indonesia. Ini termasuk akses terbatas ke layanan kesehatan seksual dan reproduksi yang komprehensif, stigma dan diskriminasi terhadap orang yang hidup dengan penyakit tersebut.

Selain itu kesadaran dan pendidikan yang tidak memadai tentang virus, dan perilaku berisiko tinggi tertentu seperti seks tanpa kondom dan penggunaan narkoba.

Pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai inisiatif untuk mengatasi HIV/AIDS.

Upaya ini termasuk memperluas akses ke layanan tes dan konseling, meningkatkan ketersediaan terapi antiretroviral, mempromosikan tindakan pencegahan, dan meningkatkan kesadaran melalui kampanye pendidikan.

Lembaga swadaya masyarakat dan kelompok berbasis masyarakat juga memainkan peran penting dalam memberikan dukungan, advokasi, dan layanan kepada mereka yang terkena dampak HIV/AIDS.

Melawan HIV/AIDS (Source: Youtube/Neuron)

Gejala HIV dan AIDS

Ada sejumlah gejala HIV dan AIDS yang wajib kita ketahui. Berikut adalah ulasannya:

Gejala Umum  HIV dan AIDS

Gejala HIV (Human Immunodeficiency Virus) dapat bervariasi dari orang ke orang dan mungkin tidak terlihat pada tahap awal infeksi.

Beberapa orang mungkin mengalami gejala seperti flu segera setelah tertular virus, sementara yang lain mungkin tidak memiliki gejala yang terlihat selama bertahun-tahun.

Penting untuk diingat bahwa ada atau tidak adanya gejala saja tidak cukup untuk menentukan infeksi HIV, dan melakukan tes adalah satu-satunya cara untuk mengetahui dengan pasti. Gejala penyakit ini antara lain:

  • Demam
  • Kelelahan
  • Ruam
  • Sakit tenggorokan dan pembengkakan kelenjar
  • Nyeri otot dan sendi

Penting untuk Anda perhatikan bahwa gejala ini tidak eksklusif untuk HIV dan dapat terjadi oleh berbagai kondisi lain. Beberapa orang dengan HIV mungkin tidak mengalami gejala apa pun selama tahap awal.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah stadium lanjut infeksi HIV yang memiliki tanda dengan kerusakan sistem kekebalan tubuh yang parah.

Gejala AIDS biasanya bermanifestasi sebagai akibat dari infeksi oportunistik atau jenis kanker tertentu yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh yang melemah. Gejala umum yang terkait dengan AIDS meliputi:

  • Penurunan berat badan yang cepat
  • Diare kronis
  • Demam terus menerus
  • Keringat malam
  • Kelelahan dan kelemahan
  • Infeksi berulang, seperti pneumonia atau sariawan (infeksi jamur di mulut)
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Ruam atau lesi kulit
  • Gejala neurologis (kehilangan ingatan, kebingungan, dll.)

Penting untuk dicatat bahwa perkembangan dari HIV menjadi AIDS dapat memakan waktu beberapa tahun atau bahkan puluhan tahun, terutama dengan perawatan medis yang tepat dan kepatuhan terhadap terapi antiretroviral (ART).

Baca Juga: Infeksi dan Kondisi Terpilih yang Berhubungan Dengan Infeksi HIV

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Ada beberapa faktor risiko yang terkait dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).

Faktor-faktor ini dapat meningkatkan kemungkinan tertular virus atau berkembang menjadi AIDS. Beberapa faktor risiko umum meliputi:

  • Melakukan hubungan seksual tanpa pelindung
  • Berganti pasangan seksual
  • Berbagi jarum atau peralatan obat
  • Penularan dari ibu hamil atau menyusui ke bayinya
  • Orang yang terkena infeksi menular seksual
  • Transfusi darah dan prosedur medis
  • Kurangnya akses ke layanan pencegahan dan pengobatan

Penting untuk dicatat bahwa siapa pun, terlepas dari latar belakang atau keadaannya, dapat berisiko terkena penyakit tersebut.

Memahami faktor risiko ini dapat membantu individu dan komunitas mengambil tindakan pencegahan, mempraktikkan perilaku yang aman, dan mencari layanan pengujian, konseling, dan pengobatan yang sesuai.

Penyebab HIV dan AIDS

Penyebab HIV Dan AIDS
Penyebab HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) terutama menular melalui cairan tubuh tertentu, yang mengandung konsentrasi virus yang tinggi. Cara utama penularan HIV meliputi:

  • Hubungan seksual tanpa kondom
  • Berbagi jarum dan jarum suntik
  • Penularan dari ibu hamil atau menyusui ke bayinya
  • Transfusi darah dan prosedur medis
  • Terpapar di tempat kerja

Penting untuk dicatat bahwa penyakit ini tidak menular melalui kontak biasa, seperti berpelukan, berjabat tangan, berbagi makanan atau minuman, atau melalui interaksi sosial sehari-hari.

Virus tidak bertahan dengan baik di luar tubuh dan tidak dapat menular melalui aktivitas seperti menyentuh benda, menggunakan fasilitas umum, atau gigitan nyamuk.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) tidak secara langsung akibat virus HIV itu sendiri, melainkan merupakan kondisi yang berkembang akibat infeksi HIV yang tidak terobati atau tidak terkontrol dengan baik.

Ketika infeksi HIV tidak Anda tangani atau jika seseorang tidak mematuhi terapi antiretroviral (ART), virus secara progresif melemahkan sistem kekebalan tubuh, menyebabkan keadaan defisiensi imun yang parah.

Sistem kekebalan yang melemah ini membuat orang lebih rentan terhadap infeksi oportunistik dan jenis kanker tertentu, yang merupakan ciri khas AIDS.

Baca Juga: Penderita Gonore Rawan Terserang HIV, Fakta atau Mitos?

Diagnosis HIV dan AIDS

Diagnosis HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) melibatkan beberapa langkah dan tes. Berikut adalah ikhtisar dari proses diagnostik yang umum dilakukan:

1. Tes Skrining HIV

Langkah awal adalah menjalani tes skrining. Tes ini biasanya dokter atau tenaga medis lakukan dengan menggunakan sampel darah atau sampel cairan oral.

Uji coba skrining mencari antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan sebagai respons terhadap infeksi penyakit tersebut.

Tes cepat dapat memberikan hasil dalam beberapa menit, sedangkan tes berbasis laboratorium mungkin membutuhkan waktu beberapa hari untuk memberikan hasil.

Tes skrining positif menunjukkan adanya antibodi penyakit tersebut, tetapi membutuhkan konfirmasi lebih lanjut.

2. Tes Konfirmasi HIV

Jika tes skrining HIV positif, tes konfirmasi dilakukan untuk memastikan infeksi HIV. Tes konfirmasi yang paling umum adalah Western blot atau indirect immunofluorescence assay (IFA).

Tes ini secara khusus mendeteksi antibodi HIV dan memberikan konfirmasi terkait infeksi tersebut.

3. Jumlah Sel T CD4

Setelah diagnosis infeksi HIV ada, penyedia layanan kesehatan biasanya menilai jumlah sel T CD4 menggunakan tes darah.

Sel T CD4 adalah jenis sel darah putih yang memainkan peran penting dalam sistem kekebalan tubuh. HIV secara khusus menargetkan dan menghancurkan sel T CD4.

Pemantauan jumlah CD4 membantu menentukan stadium infeksi HIV dan perkembangan menjadi AIDS.

4. Tes Load Viral

Tes viral load mengukur jumlah RNA HIV (materi genetik) yang ada dalam darah. Ini menentukan tingkat replikasi HIV aktif dalam tubuh.

Tes Viral Load: Tes viral load mengukur jumlah RNA HIV (materi genetik) yang ada dalam darah.

Ini menentukan tingkat replikasi HIV aktif dalam tubuh. Tes viral load digunakan untuk menilai tingkat perkembangan HIV, memantau efektivitas terapi antiretroviral (ART), dan memandu keputusan pengobatan.

5. Diagnosis AIDS

AIDS didiagnosis berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Menurut pedoman CDC, seseorang dengan HIV didiagnosis AIDS jika memenuhi salah satu kriteria:

  • Jumlah sel T CD4 turun di bawah 200 sel/mm³.
  • Orang tersebut mengembangkan satu atau lebih infeksi oportunistik atau penyakit terdefinisi AIDS tertentu, seperti beberapa jenis pneumonia, tuberkulosis, atau kanker tertentu.

Penting untuk diingat bahwa tes dan diagnosis HIV harus dilakukan oleh profesional kesehatan terlatih dengan menggunakan metode dan pedoman pengujian yang disetujui.

Kerahasiaan dan layanan konseling sering diberikan bersama dengan proses pengujian untuk mendukung individu selama proses diagnostik.

Pengobatan HIV dan AIDS

Pengobatan HIV dan AIDS
Pengobatan HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah kondisi kronis yang dapat dikelola secara efektif dengan pengobatan yang tepat.

Tujuan utama pengobatan HIV adalah untuk menekan replikasi virus, mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang sehat, dan mencegah perkembangan HIV menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome). Komponen utama pengobatan HIV meliputi:

1. Terapi Antiretroviral (ART)

Landasan pengobatan HIV adalah ART, yang melibatkan penggunaan kombinasi obat antiretroviral. Obat ini bekerja dengan menghambat replikasi virus, mengurangi viral load dalam tubuh, dan menjaga fungsi sistem kekebalan.

ART biasanya direkomendasikan untuk semua orang yang hidup dengan HIV, terlepas dari jumlah CD4 atau stadium penyakitnya.

2. Pemantauan dan Tes Laboratorium

Pemantauan infeksi penyakit ini secara teratur sangat penting untuk menilai respons pengobatan, mendeteksi kemungkinan komplikasi, dan menyesuaikan rejimen pengobatan jika diperlukan.

Ini termasuk memantau jumlah sel T CD4, viral load, dan tes laboratorium lainnya untuk mengevaluasi kesehatan secara keseluruhan dan mendeteksi kondisi yang menyertai.

3. Perawatan Pendukung

Pengobatan penyakit tersebut seringkali melibatkan perawatan dan dukungan komprehensif untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosional, dan sosial orang yang hidup dengan HIV.

Ini mungkin termasuk konseling, dukungan kesehatan mental, bimbingan gizi, dukungan kepatuhan, dan akses ke sumber daya komunitas.

Pencegahan HIV dan AIDS

Mencegah penularan HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan mengurangi kejadian AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) sangat penting dalam mengendalikan epidemi HIV. Berikut adalah strategi pencegahan utama:

  • Menerapkan perilaku seks aman
  • HIV dan test konseling
  • Tidak menggunakan narkoba
  • Pencegahan penularan dari ibu ke anak
  • Pendidikan dan kesadaran seks
  • Sunat bagi laki-laki

Ingat, kombinasi strategi pencegahan paling efektif dalam mengurangi risiko penularan HIV. Penting untuk menyesuaikan upaya pencegahan untuk populasi tertentu, dengan mempertimbangkan faktor budaya, sosial, dan ekonomi.

Komplikasi HIV dan AIDS

Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dapat menyebabkan berbagai komplikasi, terutama jika virus tidak dikendalikan secara efektif atau jika pengobatan tidak diakses atau dipatuhi.

Beberapa komplikasi umum yang terkait dengan HIV dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) meliputi:

  • Infeksi oportunistik
  • Kanker terkait HIV
  • Komplikasi neurologis
  • Penyakit kardiovaskular
  • Penyakit ginjal
  • Koinfeksi hepatitis
  • Kelainan metabolic dan lipid
  • Gangguan kesehatan mental

Penting untuk dicatat bahwa dengan diagnosis dini, inisiasi terapi antiretroviral (ART) yang cepat, dan perawatan medis teratur, risiko dan tingkat keparahan komplikasi yang terkait dengan HIV/AIDS dapat dikurangi secara signifikan.

Baca Juga: Vaksin HPV: Manfaat, Efek Samping & Harga

Perbedaan HIV dan AIDS

HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah istilah yang terkait tetapi berbeda yang menggambarkan tahapan dan aspek yang berbeda dari penyakit yang sama.

Penyakit ini mengacu pada virus itu sendiri. Ini adalah retrovirus yang menyerang sistem kekebalan, secara khusus menargetkan sel CD4, yaitu sejenis sel darah putih yang membantu tubuh melawan infeksi dan penyakit.

Penyakit ini melemahkan sistem kekebalan dari waktu ke waktu, membuat individu lebih rentan terhadap infeksi oportunistik dan jenis kanker tertentu.

AIDS, di sisi lain, adalah stadium lanjut dari infeksi HIV. Ini biasanya bisa terdiagnosis ketika seseorang dengan HIV memiliki sistem kekebalan yang sangat lemah, yang bisa terukur dengan jumlah CD4 yang rendah atau adanya infeksi atau kanker oportunistik tertentu.

AIDS memiliki tanda dengan penurunan fungsi kekebalan yang signifikan, membuat tubuh lebih rentan terhadap berbagai penyakit.

Tidak semua orang yang mengidap HIV berkembang ke tahap AIDS. Dengan perawatan medis yang tepat dan kepatuhan terhadap terapi antiretroviral (ART), perkembangan HIV dapat Anda perlambat atau bahkan berhenti secara signifikan.

Deteksi dini, akses ke pengobatan, dan mempertahankan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah perkembangan menjadi AIDS.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda menduga bahwa Anda mungkin telah terpapar penyakit ini atau jika Anda mengalami gejala yang mungkin terkait dengan infeksi penyakit tersebut, penting untuk menemui dokter untuk dievaluasi, dites, dan pengobatan yang tepat.

Berikut adalah beberapa situasi ketika Anda harus mempertimbangkan untuk menemui dokter tentang HIV dan AIDS:

  • Potensi paparan terbaru
  • Gejala infeksi HIV akut
  • Tes HIV rutin
  • Kehamilan
  • Khawatir atau pertanyaan

Anda bisa datang ke Klinik Kelamin Jakarta di Klinik Utama Pandawa. Ini merupakan Klinik Kulit dan Kelamin yang sudah sering menangani berbagai masalah penyakit kulit serta kelamin.

Klinik Pandawa mempunyai tenaga medis terpercaya serta berpengalaman, Anda bisa melakukan pemeriksaan serta pengobatan secara akurat. Silahkan konsultasi dokter kelamin secara gratis sekarang! (Rahasia Terjamin).

Referensi:

Share: