Search
Close this search box.

6 Dampak Sifilis pada Ibu Hamil dan Cara Diagnosis Sifilis

Apakah Anda pernah mendengar tentang penyakit sifilis? Penyakit ini selain dapat menular karena hubungan seksual ternyata juga bisa dari ibu ke janinnya saat hamil. Penyakit sifilis pada ibu hamil bisa memberikan banyak dampak pada janin. Berikut ulasan lengkap terkaitnya.

Apa itu Sifilis?

Penyakit Sifilis atau Raja Singa sebagai salah satu penyakit menular seksual (PMS) ini bisa menyebabkan banyak dampak apabila tidak segera mendapatkan penanganan. Selain hal tersebut, penyakit sifilis bisa menular melalui kontak luka pada bagian kelamin penderita.

Perlu Anda ketahui, meskipun sifilis umumnya menular melalui aktivitas seksual, ternyata penyakit tersebut juga bisa ditularkan oleh ibu ke janinnya. Ibu hamil sudah seharusnya melakukan skrining kesehatan untuk meminimalisir dampaknya terhadap janin.

Skrining yang bisa dilakukan pada ibu hamil meliputi serologis. Tes tersebut sebaiknya dilakukan pada saat awal tes kehamilan. Semakin awal diketahui adanya penyakit sifilis, maka akan lebih cepat mendapatkan penanganan.

Jika saat skrining awal ditemukan hasil yang reaktif, maka perlu dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu antepartum dan pengujian treponemal. Dengan pemeriksaan secara lengkap, penderita sifilis bisa mendapatkan pengobatan yang tepat.

Artikel Lainnya: Komplikasi Raja Singa Pada Ibu Hamil, Bisa Menular ke Bayi

Dampak Sifilis Pada Ibu Hamil Apa Saja?

Penyakit seksual seperti sifilis memang sangat berpotensi membawa dampak buruk terhadap kesehatan janin dalam kandungan. Apa saja dampaknya? Cek informasinya di bawah.

1. Keguguran

Ibu hamil yang mengidap sifilis bisa membawa dampak yang cukup signifikan. Salah satu dampaknya adalah bisa mengalami keguguran. Kondisi tersebut dapat terjadi ketika usia kehamilan belum mencapai 20 minggu.

2. Bayi Lahir Prematur

Selain bayi bisa meninggal karena keguguran, sifilis juga bisa menyebababkan kelahiran secara premature. Prematur merupakan proses kelahiran bayi sebelum pada waktunya. Bayi dikatakan lahir secara prematur apabila usianya belum mencapai 37 minggu.

3. Menghambat Pertumbuhan Janin

Sifilis selain memiliki dampak seperti penjelasan di atas, juga bisa menjadi penyebab terhambatnya masa tumbuh kembang janin. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan janin terhambat?

Artinya adalah janin yang seharusnya mengalami pertambahan berat badan seiring bertambahnya usia kandungan, tetapi beratnya masih di angka itu-itu saja. Seharusnya, bayi sebelum lahir beratnya tidak kurang dari angka terendah yaitu 5 pond 8 ons.

4. Menganggu Pertumbuhan Plasenta Janin

Seperti yang Anda ketahui ibu hamil menyalurkan asupan oksigen dan makanan untuk janin melalui plasenta. Orang yang terkena penyakit kelamin sifilis kongenital, tali pusar atau plasenta di dalamnya bisa terpengaruh pertumbuhannya.

Plasenta yang seharusnya tumbuh normal, bisa mengalami pembengkakkan sehingga tidak bisa berfungsi secara normal. Hal tersebut tentu akan mengganggu bayi yang ditopangnya di dalam rahim.

5. Bayi Tidak Bisa Berkembang

Dampak fatal lainnya selain dari beberapa dampak di atas yaitu bayi tidak bisa berkembang. Akibatnya bayi dapat meninggal dalam kandungan dengan usia kehamilan lewat 20 minggu.

6. Kematian Neonatal

Mengidap sifilis saat mengandung selain bisa berdampak saat proses kehamilan, ternyata setelah lahir pun juga berpotensi ada masalah yang ditimbulkan. Meskipun berhasil melahirkan ketika terjangkit sifilis, tetapi bayi tersebut bisa mengalami gangguan kesehatan setelahnya.

Hal tersebut berpotensi memicu terjadinya kematian neonatal. Apa yang dimaksud kematian neonatal? Artinya adalah bayi meninggal pada usia 28 hari kehidupannya. Cukup mengerikan bukan dampak fatal penyakit sifilis ini apabila tidak segera mendapatkan penanganan?

Source: Youtube / Klinik Utama Pandawa

Cara Diagnosis Penyakit Sifilis

Penting sekali mengikuti serangkaian tes screening untuk mencegah terjadinya hal-hal fatal seperti ulasan di atas. Apalagi sifilis pada ibu hamil dampaknya juga bisa dialami oleh janin dalam kandungannya. Lalu, bagaimana cara diagnosis penyakit sifilis agar segera menemukan pengobatan yang tepat?

Penyakit sifilis terdiri dari beberapa macam dan tingkat resiko yang ditimbulkan berbeda-beda. Cara mengetahui apakah seorang ibu hamil terkena sifilis atau tidak yang pertama bisa melalui rekam medis dan hasil tes antibodi serologi yang komplit.

Jika pada tahap awal tidak memiliki bukti rekam medis yang jelas saat pemeriksaan, maka harus diperlakukan positif terinfeksi agar bisa dilakukan pemeriksaan tahap lanjutan. Tahap berikutnya adalah dengan melakukan tahapan tes titer nontreponemal.

Jika dari hasil tersebut angkanya menunjukan nilai rendah, dan serofast stabil, maka tidak diperlukan penanganan tambahan. Namun, lain lagi jika pada tes menggunakan treponemal EIA, atau CIA menunjukan hasil positif maka perlu dicek dan dibandingkan dengan tes nontreponemal.

Biasanya hasil tes diagnosis tersebut akan diulangi dalam tempo waktu 4 minggu untuk memastikan hasilnya akurat dan pengobatan apa yang cocok untuk kasus terkait. Lalu, treatment dan pengobatan yang diberikan pun akan disesuaikan dengan pada stadium berapa pasien mengidap sifilis.

Baca Juga: Bagaimana Cara Penularan Penyakit Sifilis?

Cara Mencegah Terjadinya Sifilis

Cara Mencegah Terjadinya Sifilis
Ilustrasi Cara Mencegah Terjadinya Sifilis

Apakah treatment yang diberikan pada penderita sifilis yang dalam kondisi hamil? Pengobatan sifilis pada ibu hamil dilakukan dengan memberikan Penisilin G untuk mencegah sifilis kongenital menginfeksi janin dalam kandungan. Lalum bagaimana cara mencegah terjadinya sifilis? Ini informasinya.

1. Melakukan Hubungan Seks Secara Aman

Sifilis adalah salah satu penyakit yang sebagian besar penyebab penularannya karena aktivitas seksual. Cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjangkit penyakit tersebut yaitu dengan melakukan hubungan seks secara aman.

Maksudnya adalah hanya lakukan hubungan dengan pasangan sah, jangan berganti-ganti pasangan. Tidak hanya itu saja, apabila Anda dan pasangan belum pernah melakukan tahap pemeriksaan untuk mendeteksi ada tidaknya sifilis, bisa menggunakan alat kontrasepsi saat berhubungan badan.

2. Melakukan Pemeriksaan dan Perawatan Pranatal

Banyak orang tidak menyadari pentingnya melakukan pemeriksaan kesehatan. Apalagi bagi wanita penting sekali melakukan perawatan prenatal secara rutin untuk mengetahui resiko terinfeksi sipilis.

Tidak hanya sifilis saja yang bisa mempengaruhi masa kehamilan, melainkan berbagai jenis infeksi lainnya. Jika dari pemeriksaan Anda termasuk orang yang berisiko terinfeksi sifilis, maka untuk memastikannya perlu dilakukan tes darah.

3. Melakukan Serangkaian Tes

Mengikuti serangkaian tes yang disarankan saat pemeriksaan penting untuk Anda lakukan. Apalagi jika Anda sebelumnya merasa mengalami gejala penderita penyakit tersebut, segera informasikan ke pihak layanan kesehatan.

Semakin dini terdeteksi saat terinfeksi, maka pemulihannya juga bisa lebih cepat. Hal ini juga bisa meminimalisir komplikasi bagi ibu dan janin dalam kandungannya.

4. Melakukan Pengobatan Sifilis

Seseorang yang sudah sembuh dari penyakit sifilis ternyata dapat tertular kembali. Meskipun Anda telah berobat hingga sembuh, bukan berarti tidak bisa terinfeksi sifilis untuk kali kedua. Penting sekali bagi Anda dan pasangan sama-sama saling menjaga.

Oleh karena itu, mintalah pasangan untuk melakukan pemeriksaan yang sama. Jika sama-sama berobat dan telah terbebas dari penyakit sifilis, maka kedepannya bisa lebih aman.

Kunjungi Klinik Sifilis untuk Konsultasi Dokter Gratis dan pengobatan sifilis pada ibu hamil dengan dokter spesialis kulit dan kelamin yang berpengalaman.

Sampai di sini, tentu Anda pun sudah memahami bahwa sifilis pada ibu hamil memiliki banyak dampak fatal jika tidak mendapatkan pengobatan dan penanganan dengan cepat. Lalu, kapan harus tanya dokter kelamin untuk memastikan kondisi kesehatan?

Agar resikonya tidak berdampak pada janin, sebaiknya sebelum merencanakan kehamilan Anda melakukan pemeriksaan. Namun, jika sudah masuk masa kehamilan, Anda bisa sesegera mungkin mendatangi Klinik Kulit dan Kelamin jika merasakan gejala tertentu dan berpotensi terjangkit.

Referensi:

Share: