Penyakit Klamidia: Gejala, Penyebab, & Pengobatan

Anda pernah mendengar penyakit klamidia? Daripada penyakit raja singa, sipilis atau herpes, penyakit menular seksual ini kurang terdengar dan familiar di telinga.

Penyakit klamidia memang termasuk pada rombongan infeksi menular seksual yang cukup berbahaya. Baik pria dan wanita yang sudah aktif secara seksual bisa saling menularkan, bahkan pada ibu hamil bisa membahayakan kesehatan sang janin dalam kandungan.

Rata-rata penyakit infeksi menular seksual memang berbahaya bila terlambat penanganan. Untuk itu, sahabat pandawa perlu tahu lebih banyak seputar penyakit klamidia dan infeksi menular seksual lainnya.

Apa itu Klamidia?

Klamidia adalah sebuah kondisi infeksi kelamin akibat bakteri yang bernama Chlamydia Trachomatis. Bakteri Chlamydia dapat menginfeksi melalui leher rahim, saluran kencing, anus, serta tenggorokan. 

Sekitar dua pertiga infeksi ini banyak terjadi pada remaja tanggung hingga orang dewasa, mulai dari usia 15-24 tahun untuk wanita serta 20-24 pada pria.

Terlebih, melansir dari data World Health Organization (WHO), 5 tahun belakangan ini masih peneliti masih menemukan, kiranya ada 131 juta orang terinfeksi klamidia dengan usia rentan 15 hingga 49 tahun.

Beberapa menyebut penyakit ini sebagai ‘silent infection‘. Ini karena kebanyakan orang dengan infeksi ini tidak memiliki gejala atau temuan tanda fisik yang tidak normal. Studi menemukan bahwa proporsi orang dengan penyakit ini yang mengembangkan gejala bervariasi berdasarkan pengaturan dan metodologi studi. 

Dua studi pemodelan memperkirakan bahwa sekitar 10% pria dan 5-30% wanita dengan infeksi yang terkonfirmasi mengalami gejala. Masa inkubasi klamidia tidak jelas. Mengingat siklus replikasi organisme yang relatif lambat, gejala mungkin tidak muncul sampai beberapa minggu setelah paparan pada orang yang mengalami gejala.

Pada wanita, bakteri awalnya menginfeksi leher rahim. Hal ini dapat menyebabkan tanda dan gejala servisitis dan menginfeksi saluran kemih atau uretra. Sehingga wanita mudah mengalami gangguan kencing dan menyebabkan PID atau penyakit radang panggul yang mengakibatkan kesulitan dalam kehamilan. 

Sedangkan, pria dengan gejala biasanya mengalami uretritis, dengan munculnya cairan aneh berlendir atau encer dan kencing anyang-anyangan. Chlamydia dapat menginfeksi rektum atau anus pada pria dan wanita. 

Penyebab Klamidia

penyakit klamidia
Ilustrasi Penyakit Klamidia

Penyebab utama klamidia adalah infeksi bakteri bernama Chlamydia Trachomatis seperti yang sudah kami sebutkan di atas. Tergolong dalam infeksi menular seksual, bakteri ini rentan menular melalui media cairan yang lembab seperti cairan kelamin, mulut, anus ataupun luka.

Bakteri Chlamydia Trachomatis tidak dapat hidup di suhu ruangan, sehingga tidak dapat menular melalui dudukan toilet, berbagi handuk, berpelukan, berenang, batuk dan bersin.

Selain dengan aktifitas seksual tanpa pengaman, berbagi alat seks juga berpotensi sebagai media penularan. Bahkan ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini bisa membuat bayi ikut terinfeksi.

Karena kasus ini seringkali tidak bergejala, mudah untuk menyebarkan infeksi ke orang lain tanpa kita sadari. Anda butuh pemeriksaan mendalam untuk mengetahui tingkat keparahan infeksi.

Gejala Penyakit Klamidia

Gejala penyakit ini bisa sangat ringan atau bahkan tidak ada sama sekali. Namun, jika muncul gejala, biasanya akan terlihat 1-3 minggu setelah terinfeksi. Gejalanya bisa berbeda-beda antara pria dan wanita.

Pada Pria:

  • Sebagian besar pria tidak menunjukkan gejala apa pun.
  • Keluar cairan dari penis: Cairan ini bisa berwarna putih, kuning, atau hijau.
  • Rasa terbakar saat buang air kecil
  • Sakit pada testis
  • Nyeri perut bagian bawah

Pada Wanita:

  • Keputihan abnormal: Keputihan yang berbau tidak sedap dan berwarna kuning atau hijau.
  • Rasa sakit atau perdarahan saat berhubungan seksual.
  • Nyeri perut bagian bawah.
  • Demam ringan.
  • Rasa sakit saat buang air kecil.

Penting untuk Anda ingat bahwa banyak orang dengan penyakit ini tidak mengalami gejala sama sekali, terutama pada tahap awal infeksi. Karena itu, pemeriksaan rutin sangat kami anjurkan bagi mereka yang aktif secara seksual, terutama jika berisiko tinggi.

Konsultasi Dokter Online

Diagnosis Klamidia

Tes yang paling umum untuk mendiagnosis infeksi ini adalah Tes Amplifikasi Asam Nukleat (NAAT). Dokter spesialis Anda akan mengambil sampel cairan dengan melakukan swab vagina/serviks atau mengumpulkan sampel urin. Kemudian, mereka mengirimkan sampel ke laboratorium untuk memeriksa bakteri penyebab penyakit ini.

Karena sebagian besar kasus klamidia tidak menunjukkan gejala, penting untuk melakukan skrining klamidia meskipun Anda tidak melihat tanda-tanda infeksi. 

CDC merekomendasikan agar wanita yang aktif secara seksual atau orang yang berisiko tinggi terkena penyakit ini untuk rutin melakukan skrining secara teratur. 

Anda berisiko tinggi jika Anda:

  • Berusia di bawah 25 tahun.
  • Sedang hamil.
  • Punya pasangan baru.
  • Memiliki banyak mitra.
  • Pernah mengalami infeksi penyakit ini sebelumnya.

Klamidia bisa cepat sembuh apabila Anda cepat mendapat penanganan lebih dini. Pasalnya penyakit ini mampu memicu masalah kesehatan serius bila terlambat kita ketahui dan tak kunjung mendapatkan penanganan dengan tepat dan tuntas.

Komplikasi Klamidia

Infeksi bakteri Chlamydia yang tidak terobati dapat membahayakan kesehatan Anda. Buat janji temu dengan dokter spesialis kulit dan kelamin segera bila mencurigai gejala, dan lakukan pemeriksaan IMS secara teratur untuk menghindari komplikasi di kemudian hari.

Komplikasi Klamidia pada Pria

  • Epididimitis. Infeksi peradangan pada saluran testis mengakibatkan bengkak, dan nyeri. 
  • Mengurangi kesuburan. Bakteri chlamydia mampu merusakan sel sperma, sehingga berdampak negatif pada kesuburan.
  • HIV/AIDS dan IMS lainnya

Komplikasi Klamidia pada Wanita

Chlamydia yang tidak terobati dapat menyebabkan:

  • Penyakit radang panggul pada wanita. 
  • Memicu Infeksi lymphogranuloma venereum (LGV)
  • Bakteri klamidia mampu mengganggu kesuburan sebabkan kemandulan dan nyeri panggul kronis. 
  • kehamilan ektopik pada ibu hamil, atau bahkan lahir prematur
  • Ibu hamil yang terinfeksi klamidia bisa tularkan sang bayi saat lahir
  • Bayi akan mengalami gangguan kesehatan mata, jantung, pernapasan, dll
  • HIV/AIDS atau infeksi menular seksual lainnya.

Komplikasi klamidia dapat dicegah bila Anda cepat dan rutin melakukan skrining infeksi menular seksual serta melakukan pengobatan yang tepat dan tuntas. Ketahui juga tentang mitos klamidia.

Ilustrasi Bakteri Klamidia

Pengobatan Penyakit Klamidia

Pengobatan klamidia umumnya melibatkan antibiotik yang efektif dan mudah diakses. Berikut adalah langkah-langkah dan opsi pengobatan untuk klamidia:

1. Diagnosis Awal

  • Tes Laboratorium: Sebelum pengobatan, diagnosis pasti diperlukan. Ini biasanya dilakukan melalui tes laboratorium, seperti tes urine atau usapan dari area genital untuk mendeteksi bakteri Chlamydia trachomatis.

2. Pengobatan dengan Antibiotik

  • Azitromisin: Antibiotik ini sering diberikan dalam dosis tunggal 1 gram yang diminum sekali. Azitromisin efektif dan sering digunakan karena kemudahannya.
  • Doksisiklin: Alternatif lain adalah antibiotik doksisiklin, yang biasanya diminum dua kali sehari selama tujuh hari. Doksisiklin juga sangat efektif dalam mengobati klamidia.
  • Alternatif Antibiotik: Dalam beberapa kasus, terutama jika pasien alergi terhadap azitromisin atau doksisiklin, dokter mungkin meresepkan antibiotik lain, seperti eritromisin, ofloksasin, atau levofloksasin.

3. Instruksi Selama Pengobatan

  • Hindari Hubungan Seksual: Disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual selama masa pengobatan dan hingga tujuh hari setelah menyelesaikan antibiotik, untuk mencegah penularan lebih lanjut.
  • Pemberian Obat kepada Pasangan: Karena klamidia adalah IMS, pasangan seksual juga harus menjalani pengobatan, bahkan jika mereka tidak menunjukkan gejala. Ini penting untuk mencegah reinfeksi.

4. Tindak Lanjut Pasca Pengobatan

  • Tes Ulang: Tes ulang biasanya dilakukan sekitar tiga bulan setelah pengobatan untuk memastikan bahwa infeksi benar-benar hilang, terutama jika ada risiko reinfeksi.
  • Pengobatan Komplikasi: Jika klamidia telah menyebabkan komplikasi, seperti penyakit radang panggul (PID) pada wanita atau epididimitis pada pria, pengobatan tambahan mungkin diperlukan untuk mengatasi kondisi tersebut.

5. Pencegahan Reinfections

  • Edukasi Seks Aman: Penggunaan kondom secara konsisten dan benar dapat membantu mencegah penyebaran klamidia dan IMS lainnya. Edukasi mengenai praktik seks yang aman sangat penting untuk mencegah reinfeksi.
  • Screening Rutin: Untuk individu yang aktif secara seksual, terutama mereka dengan banyak pasangan seksual, disarankan untuk melakukan screening rutin IMS, termasuk klamidia, untuk deteksi dan pengobatan dini.

ika Anda atau pasangan Anda terdiagnosis dengan klamidia, segera konsultasikan dengan dokter untuk pengobatan yang tepat dan ikuti instruksi medis dengan teliti untuk hasil yang optimal.

Atasi Penyakit Klamidia Pengobatan Terbaik di Klinik Utama Pandawa

Spesialis Kulit dan Kelamin

Klinik Utama Pandawa yang merupakan klinik kelamin Jakarta terbaik ini, penanganan untuk penyakit klamidia terlaksana dengan tim medis yang berpengalaman dengan pendekatan yang profesional dan penuh perhatian.

Setiap pasien akan menjalani pemeriksaan menyeluruh untuk memastikan diagnosis yang akurat dan mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka.

Klinik Utama Pandawa menyediakan berbagai metode pengobatan yang efektif untuk mengatasi klamidia, termasuk terapi obat yang direkomendasikan oleh dokter spesialis.

Dengan fasilitas medis yang lengkap dan teknologi terkini, klinik ini memastikan proses pengobatan berjalan dengan aman dan nyaman. Komitmen Klinik Utama Pandawa dalam memberikan perawatan berkualitas tinggi membantu pasien untuk pulih sepenuhnya dari infeksi klamidia dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Konsultasi Dokter Online
Referensi
Share: