Konsultasi Dokter Online Konsultasi Dokter Online
Gedung Baja Tower B, Lt. GF2, Jl. Pangeran Jayakarta No.55, Jakarta Pusat. 10730.
0811-742-777
Blog Details Image

Erosi Serviks: Kenali Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Erosi serviks, atau yang juga dikenal sebagai ektropion serviks, adalah kondisi umum yang sering dialami wanita, terutama pada usia subur. 

Meskipun istilah “erosi” terdengar mengkhawatirkan, pemahaman yang baik tentang erosi serviks penting agar wanita dapat mendeteksi dini jika ada masalah dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga kesehatan reproduksinya.

Penyebab Erosi Serviks

Erosi serviks adalah kondisi di mana sel-sel kelenjar (sel kolumnar) yang melapisi bagian dalam leher rahim (serviks) tumbuh keluar dan terlihat di permukaan luar serviks, yang seharusnya dilapisi oleh sel epitel skuamosa. 

Karena sel kolumnar lebih tipis dan berwarna merah dibandingkan sel epitel skuamosa yang berwarna merah muda pucat, area yang mengalami erosi akan tampak merah dan meradang.

Erosi serviks umumnya tidak berbahaya, tetapi kondisi ini bisa menimbulkan gejala yang mengganggu, seperti keputihan berlebih atau perdarahan ringan. Berikut adalah beberapa penyebab utama erosi serviks:

1. Perubahan Hormonal

Fluktuasi hormon estrogen sering menjadi faktor utama. Beberapa kondisi yang dapat memicu perubahan hormonal meliputi:

  • Kehamilan: Hormon estrogen yang tinggi selama kehamilan dapat menyebabkan erosi serviks.
  • Penggunaan Pil Kontrasepsi: Pil KB yang mengandung estrogen dapat meningkatkan risiko erosi serviks.

2. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Beberapa IMS, seperti klamidia atau gonore, dapat menyebabkan peradangan di area serviks yang memicu erosi.

3. Trauma pada Serviks

Trauma fisik akibat prosedur medis, seperti pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), biopsi serviks, atau melahirkan, dapat menyebabkan iritasi pada serviks dan memicu erosi.

4. Peradangan Kronis (Servisitis)

Servisitis yang berulang atau kronis akibat infeksi bakteri, jamur, atau virus dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan serviks, sehingga memicu erosi.

5. Pengaruh Bahan Kimia atau Produk Vagina

Penggunaan produk tertentu seperti spermisida, douche, atau pelumas berbahan kimia keras dapat menyebabkan iritasi serviks dan memicu erosi.

6. Faktor Genetik

Beberapa wanita mungkin memiliki kerentanan genetik terhadap erosi serviks, terutama jika ada riwayat keluarga dengan kondisi serupa.

Gejala Umum

Erosi serviks atau ektropion serviks sering kali tidak menimbulkan gejala yang jelas. Namun, beberapa wanita mungkin mengalami gejala yang bisa mengganggu atau mencurigakan. Berikut adalah gejala umum yang sering terjadi pada penderita erosi serviks:

1. Keputihan Berlebih

Wanita dengan erosi serviks sering mengalami keputihan yang berlebihan. Keputihan ini bisa berwarna kuning atau kekuningan, dan kadang-kadang bisa berbau. Hal ini terjadi karena adanya iritasi pada serviks yang mempengaruhi sekresi lendir.

2. Perdarahan Setelah Hubungan Seksual

Salah satu gejala yang paling umum dari erosi serviks adalah perdarahan ringan atau bercak darah setelah berhubungan seksual. Ini terjadi karena lapisan serviks yang lebih lembut dan rentan menjadi iritasi saat terkena kontak fisik.

3. Nyeri Saat Berhubungan Seksual

Erosi serviks juga bisa menyebabkan rasa nyeri atau ketidaknyamanan saat berhubungan seksual, meskipun tidak semua wanita mengalami hal ini. Rasa sakit ini disebabkan oleh iritasi pada serviks yang sensitif.

4. Perdarahan Abnormal di Luar Menstruasi

Beberapa wanita dengan erosi serviks mungkin mengalami perdarahan di luar siklus menstruasi mereka. Ini bisa berupa bercak darah yang muncul secara tidak teratur atau perdarahan yang berlangsung lebih lama.

5. Rasa Nyeri atau Tidak Nyaman di Area Panggul

Meskipun lebih jarang, beberapa wanita melaporkan adanya rasa sakit atau tekanan di area panggul atau perut bagian bawah. Nyeri ini biasanya ringan, tetapi bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

6. Iritasi atau Sensasi Terbakar

Wanita dengan erosi serviks juga dapat merasakan sensasi terbakar atau iritasi ringan di area vagina atau serviks, terutama setelah berhubungan seksual atau menggunakan produk tertentu.

7. Infeksi atau Peradangan

Karena erosi serviks sering kali disebabkan oleh infeksi atau peradangan, gejala terkait infeksi seperti rasa sakit saat buang air kecil, gatal, atau kemerahan pada area intim bisa muncul.

Jika Anda mengalami salah satu dari gejala di atas, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter di klinik spesialis kulit dan kelamin terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut dan mendapatkan penanganan yang tepat.

CTA Konsultasi Dokter Online

Cara Mengatasi Erosi Serviks

Erosi serviks atau ektropion serviks umumnya tidak memerlukan pengobatan jika tidak menimbulkan gejala atau masalah kesehatan lainnya.

Namun, jika gejala seperti perdarahan, keputihan berlebih, atau nyeri muncul, beberapa langkah pengobatan dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi ini. Berikut adalah beberapa cara mengatasi erosi serviks:

1. Pengobatan untuk Mengatasi Infeksi

Jika erosi serviks disebabkan oleh infeksi seperti klamidia, gonore, atau infeksi jamur, pengobatan dengan antibiotik atau obat antijamur akan diberikan. Mengobati infeksi yang mendasari bisa membantu mengurangi gejala erosi serviks.

2. Kauterisasi Serviks

Kauterisasi adalah prosedur medis yang digunakan untuk menghancurkan atau menghilangkan jaringan serviks yang teriritasi atau terkena erosi. Prosedur ini dilakukan dengan menggunakan alat medis atau bahan kimia untuk membakar jaringan yang terinfeksi. Kauterisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

  • Kauterisasi dengan Alat Listrik (Elektrokauter): Menggunakan arus listrik untuk menghancurkan jaringan serviks yang teriritasi.
  • Cryotherapy: Metode ini menggunakan suhu dingin untuk membekukan dan menghancurkan jaringan yang terkena.
  • Laser: Penggunaan laser untuk mengangkat jaringan yang terkena erosi.

3. Pembekuan Serviks (Cryotherapy)

Cryotherapy adalah salah satu metode pengobatan untuk erosi serviks yang melibatkan pembekuan sel-sel yang teriritasi menggunakan gas atau alat yang sangat dingin. Pembekuan ini dapat menghancurkan sel-sel abnormal dan mendorong proses penyembuhan jaringan serviks.

4. Pemasangan Alat Kontrasepsi yang Sesuai

Jika penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB, menyebabkan erosi serviks, dokter dapat menyarankan untuk mengganti metode kontrasepsi. Misalnya, memilih kontrasepsi non-hormonal, seperti kondom atau IUD non-hormonal, yang dapat membantu mengurangi gejala erosi serviks.

5. Perubahan Gaya Hidup dan Kebersihan

Penting untuk menjaga kebersihan area intim dengan cara yang benar. Hindari penggunaan produk vagina yang mengandung bahan kimia keras, seperti douche atau pelumas berbahan dasar alkohol. Pastikan untuk membersihkan area intim dengan cara yang lembut dan menggunakan produk yang tidak mengiritasi.

6. Mengatasi Stres dan Kesehatan Mental

Meskipun tidak langsung mempengaruhi erosi serviks, stres dan kecemasan dapat memperburuk gejala atau memperlambat proses penyembuhan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan mental dan mengelola stres sangat penting dalam proses pemulihan.

Dengan pemeriksaan rutin dan penanganan yang sesuai, Anda dapat menjaga kesehatan serviks dan mencegah potensi komplikasi.

Pengobatan Erosi Serviks Terbaik di Klinik Utama Pandawa

konsultasi dokter online gratis klinik pandawa

Jika Anda mengalami erosi serviks, jangan ragu untuk mendapatkan pengobatan terbaik di Klinik Utama Pandawa. 

Dengan tim dokter spesialis kandungan yang berpengalaman dan teknologi medis terkini, kami siap memberikan penanganan yang tepat untuk mengatasi masalah ini secara aman dan efektif. 

Prioritaskan kesehatan Anda, kunjungi Klinik Utama Pandawa sekarang juga, dan rasakan layanan medis berkualitas tinggi yang mendukung kesembuhan serta kenyamanan Anda!

CTA Konsultasi Dokter Online
Referensi
  • NIH (2023), Cervical Ectropion.
  • NHS (2018), Cervical Ectopy (Cervical Erosion).
Mulai Chat
Halo!
Dokter spesialis Klinik Utama Pandawa siap menjawab keluhan Anda.